---Pertama, tolong ceritakan saat Anda mengikuti audisi.
Sebenarnya
Koron Chris bukanlah incaran pertama saya saat mengikuti audisi, namun saya
juga tidak mendapat request untuk incaran saya.
---Lalu,
siapa incaran pertama Komada-san?
Tsuzuki
Kei. Ia berasal dari Jerman, jadi saya pikir akan mudah memerankannya karena
saya juga dibesarkan di Jerman. Saya juga mendaftar untuk (Kuzunoha) Amehiko.
Sebagai perbandingan, saya juga menginginkan karakter yang berasal dari luar
negeri serta memiliki postur yang tinggi, ada juga request seperti itu. Secara
garis besar, “Tes” terakhir yang diberikan di lokasi adalah Chris. Hasilnya,
saya diterima sebagai Chris, dan saya pun berpikir rupanya pertemuan seperti
ini juga ada, ya.
---Tolong
ceritakan kenangan Anda saat pertama kali rekaman suara sebagai Chris.
Itu
adalah peran besar pertama yang saya dapatkan semenjak periode yang cukup
panjang setelah menjadi seiyu. Karena pengalaman saya waktu itu masih sedikit,
saya jadi memikirkan banyak hal. Pada dasarnya, agar saya dapat menerima
perintah yang diberikan di tempatvdengan apa adanya, saya tidak begitu banyak
memberi catatan pada naskahnya. Saya adalah tipe yang membaca kemudian
menyimpannya di kepala, namun saat rekaman pertama untuk Chris, saya mencatat
banyak hal. Saya juga menulis daftar pertanyaan yang ingin saya tanyakan kepada
sutradara dan produser di lokasi. Sekarang pengalaman saya sudah lebih banyak,
jadi saya bisa melakukannya dengan alami, namun waktu itu benar-benar saya
terus berpikir seperti tidak ada habisnya. Tampak seperti apa Chris yang saya
perankan? Dari sudut pandang saya sendiri, dari sudut staf produksi, dari sudut
para Produser, dari sudut teman-teman yang melangkah bersama saya. Rekaman
pertama Koron Chris adalah suara yang memperhatikan bermacam-macam “sudut” itu.
---Selanjutnya,
tolong ceritakan kenangan Anda saat rekaman lagu.
Yang
pertama adalah rekaman “DRIVE A LIVE”, dilanjutkan merekam “Legacy of Spirit”,
namun menentukan suara nyanyian ternyata lebih sulit daripada menentukan suara
untuk dialog. Biasanya saya merekam dan mendengarkan suara sendiri agar saya
dapat menangkapnya secara objektif, dan sekarang pun saya masih melakukannya, namun
saat itu saya tidak melakukannya sehingga saya kehilangan petunjuk mengenai apa
yang harus saya lakukan. Serumit itulah menentukan suara bernyanyi Chris.
Bukankah suara saat menyanyi itu berbeda dengan suara saat berbicara? Saya
sangat bingung untuk mengeluarkan satu suara saja. Lalu karena Chris punya
setting “Tidak pandai menyanyi”, saya berusaha mengatur suara agar setting itu
tetap tersampaikan. Hasilnya, agr saya bisa bernyanyi tanpa kesusahan, saya
hanya berusaha menyanyi apa adanya, dan itu menjadi dasar utamanya. Saat
mendengarnya sekarang, masih ada kekakuan, namun saya beranggapan positif bahwa
kekakuan itu terhubung dengan debut mereka. Kedepannya mereka akan lebih
berpengalaman, jadi menurut saya kekakuan itu haruslah ada agar pertumbuhannya
lebih terasa. Mereka juga tidak punya keraguan. Mereka saling melihat dengan
pandangan seperti itu. Intinya, rekaman pertama itu seperti menanam pemikiran
tersebut.
---Tolong
sebutkan lagu yang membuat Anda merasa telah “menangkap” Chris selama
rekaman-rekaman yang telah lalu.
“Symphonic
Brave”. Hinnga saat ini, itu adalah lagu yang paling dekat dengan Legenders,
dalam formasinya, Chris juga menjadi center, dan kami para pemeran diminta
menyesuaikan detail formasi tersebut. Pada dasarnya, ada Amehiko sebagai leader
dan (Kitamura) Sora sebagai center, namun tidak ada posisi tertulis untuk
Chris. Ia bukanlah leader maupun center. Saat itu, bagaimana ia melihat mereka
berdua? Bagaimana mereka berdua melihatnya? Saya memikirkan hal tersebut, namun
untuk pertama kalinya, sosok keberadaannya lebih terasa di “Symphonic Brave”. Bergema
tinggi pada bagian “zutto”. Ini adalah tugas pertama yang diberikan
kepadanya, dan karena Chris juga menyanyikan bagian tersebut, saya merasa ada
arti sendiri saat ia menyanyikan frase ini. Fuumin (Shioya Fumiyoshi) dan
Junjun (Kazama Jun) juga nampaknya sependapat, saat Live mereka mengatakan
untuk menyesuaikan formasi, karena itu saya sangat berterima kasih kepada
mereka. Meski bukan leader ataupun center, jika tidak ada Chris, Legenders
tidak akan menjadi Legenders, “Symphonic Brave” adalah lagu yang menunjukkan
itu dan di saat yang sama, itu menjadi kunci “Chris itu seperti ini!” di dalam
diri saya. Karenanya, saat pertama kali menampilkannya di depan para Produser,
saya merasa sangat terharu. Ini adalah lagu yang membuat saya merasa telah
menaklukkan satu “laut” sebagai Chris.
---Legenders
itu unit seperti apa saat ketiga anggotanya berkumpul?
Anggotanya
benar-benar sangat akrab. Mungkin sampai bisa disebut pelepas stress. Usia
mereka berbeda dan terpaut jauh, namun perbedaan itu sungguh tidak terasa.
Sejak awal mereka memang tidak mempedulikan hal itu, mereka berkumpul untuk
menghadapi lautan yang terdiri dari ratusan, ribuan, bahkan puluhan ribu orang,
mereka berdiri di tempat yang sama dan pikiran yang sama pula. Sekarang mereka
semakin fleksibel, mereka saling membentuk kepercayaan, merangkul dan memahami
perasaan satu sama lain. Semakin banyak menghabiskan waktu bersama, waktu yang
dihabiskan itu perlahan menjadi bukti hubungan mereka. Tempat aktivitas
individu mereka juga semakin meluas, selain memperluas pengalaman dan pandangan
mereka, sekarang kesempatan untuk melihat pemandangan orang-orang yang
berkumpul saat Live juga bertambah, dan meski kesempatan bertemu mereka
berkurang, namun rasa nyaman mereka tak tersentuh. Mereka memang akrab setelah
menjalani berbagai konten, namun meeka juga saling menopang punggung
masing-masing dan melangkah bersama. Mereka adalah rekan seperjuangan terhebat
yang memiliki pandangan yang sama dan melewati rintangan yang sama.
---Selanjutnya,
tolong ceritakan “Momen tak terlupakan” saat Live.
Itu
belum lama ini, tepatnya saat pertama kali saya menonton Legenders tanpa saya
sendiri di hari pertama “THE IDOLM@STER SideM 6th LIVE TOUR ~NEXT
DESTIN@TION!~” di Kobe. Kebetulan saya dapat menonton siaran langsungnya saat
di perjalanan, namun jujur secara pribadi saya merasa tertusuk melihat mereka
tampil berdua. Selama ini saya melihat unit yang tampil dengan anggota yang
tidak lengkap, dan beruntungnya Legenderas selalu dapat tampil dengan ketiga
anggotanya. Karena disitu pasti ada artinya. Namun waktu itu, hanya ada mereka
berdua di panggung…. Saat mereka berdua latihan untuk penampilan hari pertama,
saya juga ada di tempat latihan untuk latihan penampilan hari kedua, jadi saya
melihatnya. Namun mau bagaimana lagi. Ini pekerjaan. Jika terlibat dengan
banyak konten, hal seperti ini tidak bisa dihindari, namun saya tetap merasa
sedih dan bersalah. Junjun dan Fuumin adalah tipe orang yang memikirkan banyak
hal, jadi mereka benar-benar mempertimbangkan “Apa artinya jika member yang
lain menyanyikan bagian member yang absen?”, demi mendukung member yang tidak
hadir, demi memberikan penampilan full member terbaik di mata semua orang. Itu
hal yang sangat sulit. Namun saya merasakan pesan “Kami ingin Chris ada di
sini. Sungguh sepi”, dari penampilan mereka berdua, meski hanya berdua, saat
bernyanyi mereka menunjukkan sosok Legenders yang terdiri dari 3 orang, saya
pun terkejut dan banyak belajar darinya. Karena itu saat kami bertiga berkumpul
di hari kedua, kami mengeluarkan semuanya, dan saya semakin merasa bersyukur
dapat tampil bersama seperti ini.
---Cerita
yang mengagumkan. Kalau begitu, pertanyaan terakhir untuk Komada-san. Apa daya
tarik SideM?
Mungkin
keadaannya yang seperti garis horizontal. Tidak peduli apakah kita masuk duluan
atau belakangan, semuanya berusaha melangkah dengan beriringan, dan menurut
saya itu indah. Saat orang lain sudah di depan, kita akan terpacu untuk ikut ke
depan, sedangkan saat masih ada orang di belakang, kami saling membantu untuk
mendorongnya. Menurut saya semua orang punya posisi dan motivasi masing-masing
untuk menjaga konten ini. Lalu baik Idol dan staff, semuanya tidak melupakan
motivasi awal mereka. Meski ada saat suara kita tidak bisa keluar, Produser
selalu ada di samping kita. Tidak ada orang yang bukan siapa-siapa. Daya tarik
SideM adalah tidak ada orang yang egois.
***
LisAni Edisi Maret 2022
Diterjemahkan oleh: Nisrina AF
(25 Januari 2023)
***
Yey~! Akhirnya project cast interview dari LisAni dengan ini selesai~!
Sampai jumpa di project berikutnya ^^~


Komentar
Posting Komentar